Selasa, 10 Februari 2009

gesper guru

GESPER SANG GURU

Aku punya teman, sebut saja namanya Ajat Suajat. Orangnya asik, cerdas dan menyengangkan. Pakaian oke, sepatu oke, potongan oke, tapi itu loh gespernya. Gesper atau ikat pinggangnya lubangnya banyak banget. Saya sempat tanya, ini gesper apa gesper. Dia bilang gesper, oh ternyata gesper.

Kalau dihitungdan diteliti dengan seksama, jumlah lubang gespernya lebih dari 20 lubang. Padahal dalam aturan pergesperan yang dibuat terdapat dalam undang-undang pembuatan gesper, gesper hanya memiliki sedikirnya 5 lubang. Posisi ke tiga jadi patokan. Kalau agak kurus pake yang pertama, agak gemuk pake yang kelima. Jadi kalau lebih dari 20 lubang. Kapan dia kurus dan bagaimana kalau dia gemuk. Cukup bingung juga memahami si gesper ini.

Dalam tidur saya bermimpi bertemu dengan si gesper ini, ternyata dia bisa bicara dalam bahasa geper. Dan menjelaskan mengapa memiliki lubang lebih dari 20 lubang. Dia bilang, aku sudah digunakan sejak Ajat Suajat masih remaja. Saat itu Aja suajat mengunakan lubang yang ke tiga. Dia bukan tidak mau membeli gesper, uang yang dia miliki digunakan untuk hal yang lebih besar dan lebih penting, samapi lupa dengan gespernya sendiri. Katanya lagi, Aku sudah ingin diganti, malu sama gesper-gesper yang lain.

Ajat Suajat kebetulan seorang guru di sekolah SD Antah Brantah. Sempat ikut PNS dan lulus, tapi dikucilkan oleh pemilik sekolah. Karana pemilik sekolah aja nggak lulus, kok dia lulus. Sekarang dia sudah bahagia. Yang dilakukan pertama kali setelah lulus adalah menganti gesper, kenapa, karena gesper yang dia pake sudah putus akibat terlalu lama dipake.

Ajat Suajat merasa bersyukur, gespernya putus dengan sendirinya. Kalau tidak pasti dia tidak akan beli gesper baru , loh.

Jadi Guru seperti pak Ajat Suajat memang tidak gampang. Harus selalu menjaga menampilan sekalipun dengan penuh kesederhanaan. Kadang pak Ajat tidak bisa memaksimalkan penampilan, karena harus memmenuhi kebutuhan yang lebih urgen. Gesper hanya salah satunya. Untungya semua murid di SD Antah Berantah, tidak mempersoalkan gesper, mereka lebih peduli pada mutu pendidikan.

Tidak ada komentar: