Di ambil dari buku Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013
A.
Pendahuluan
Inovasi pendidikan
di bidang kurikulum diharapkan secara periodik dapat dilakukan untuk kepentingan mengubah dan memperbaiki cara belajar dan membelajarkan materi kepada peserta
didik. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu: (a)
belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) belajar
untuk memahami dan menghayati, (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat
secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain,
dan (e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, dengan
mengedepankan peserta didik aktif.
Pembelajaran
dimaksud diharapkan yang memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang
bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap
perkembangan, dan kondisi peserta didik
dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik
yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral.
Kualitas
pendidikan sangatlah bergantung pada kesadaran, pengertian, komitmen, dan partisipasi serta dedikasi dari para pendidik dan tenaga kependidikan,
terutama guru sebagai ujung
tombak yang secara langsung menghadapi peserta didik. Apabila guru
dapat menciptakan proses pembelajaran
yang dapat mengubah hasil belajar peserta didik, dan dapat meningkatkan motivasi belajar, yang dapat meningkatkan rasa percaya
diri peserta didik, dapat meningkatkan harga diri dengan menerapkan berbagai
strategi dan model pembelajaran, maka visi dan misi guru sebagai pembelajar
boleh dikatakan berhasil.
Proses
pembelajaran merupakan fenomena yang kompleks. Guru lebih banyak berhubungan
dengan pola pikir peserta didik di mana setiap peserta didik – siapa pun,
dimana pun - memiliki setumpuk kata, pikiran, tindakan yang dapat mengubah
lingkungan baik di keluarga, di sekolah maupun di masyarakat.
Mulai tahun ajaran baru 2013 pola pembelajaran segera disosialisasikan bagi guru kelas I sampai
dengan kelas VI, menggunakan Pembelajaran Tematik Terpadu. Di
lapangan begitu beragam nuansa tematik ini sejak digulirkan di kalangan guru, dan sekolah,
sepertinya terjadi suatu “kerancuan”, dan perbedaan pemahaman. Guru banyak yang berpikir dan bertanya-tanya, apakah selama ini cara pembelajaran yang dirasakanya sudah menghasilkan lulusan peserta didik “berprestasi”, dan sudah
mencetak serta menghasilkan
dokter, insinyur, birokrat dianggap kurang berhasil?. Sehingga ada ungkapan bahwa
“saya sudah mengajar puluhan tahun, dan saya sudah mempunyai alumni yang
berhasil menjadi pejabat, menjadi dokter, menjadi insinyur dan sebagainya
dianggap tidak berhasil?. Pemikiran-pemikiran semacam ini akan menjadi
penghambat bagi bergulirnya sebuah inovasi dalam bidang pendidikan.
Pembelajaran
dengan menggunakan berbagai pendekatan, strategi dan metode diharapkan dapat
memberi kemungkinan peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan,
pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan
kondisi peserta didik dengan tetap
memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi
ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral.
Pembelajaran yang
diciptakan baik di kelas maupun di luar kelas
diharapkan dapat dikondisikan dalam suasana hubungan peserta
didik dan guru yang saling menerima dan
menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani,
ing madia mangun karsa, ing ngarsa sung tulada (di belakang memberikan daya
dan kekuatan, di tengah membangun semangat dan prakarsa, di depan memberikan
contoh dan teladan). Terlebih bagi peserta didik sekolah dasar yang masih berada
di Kelas 1, 2 dan 3, yang masih memerlukan bimbingan, dan perhatian,
sebagaimana pelayanan para orang tua yang dengan kasih sayang membimbing
mereka. Sedangkan
di Kelas 4, 5, dan 6 mulai ditingkatkan pemahaman peserta didik untuk lebih
memahami hidup dan kehidupan di lingkungan sekitar dengan menciptakan pola
berpikir rasional. Mencari jawaban mengapa harus belajar membaca dan menulis?
Mengapa harus belajar matematika, mengapa harus berinterakti dan saling
berkomunikasi dengan teman dan sebagainya. Dengan pembelajaran tematik Terpadu
diharapkan dapat menjawab ke semuanya
itu dengan catatan guru dan peserta didik memiliki komitmen dan selalu berpikir
positif bahwa pola pembelajaran yang dilakukan adalah menuju ketercapaian
kompetensi sebagaimana yang dituangkan di dalam standar kelulusan.
Pelaksanaan
pembelajaran seyogyanya dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan
multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan
lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip alam takambang. Jadi guru (semua yang terjadi, tergelar
dan berkembang di masyarakat dan lingkungan sekitar serta lingkungan alam
semesta dijadikan sumber belajar, contoh dan teladan). Sebuah model
pembelajaran diharapkan dapat dipergunakan sebagai wawasan untuk disesuaikan
dengan kondisi peserta didik di masing-masing sekolah.
Peserta didik
perlu dipersiapkan baik secara internal maupun eksternal, baik ketika di dalam kelas maupun di luar kelas.
Terlebih bagi peserta didik yang masih berada di sekolah dasar tentu saja tidak
dapat disamakan pelayannya dengan peserta didik yang ada di kelas menengah. Namun
demikian baik peserta didik di kelas 1 sampai dengan kelas 6 di kondisikan
menggunakan pendekatan tematik Terpadu dengan tema sebagai pemersatunya.
B.
Pengertian pembelajaran Tematik Terpadu
Pembelajaran Tematik Terpadu
dilaksanakan dengan menggunakan prinsip pembelajaran terpadu. Pembelajaran
terpadu menggunakan tema sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran yang memadukan
beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka, untuk memberikan
pengalaman yang bermakna bagi peserta didik. Karena peserta didik dalam
memahami berbagai konsep yang mereka pelajari selalu melalui pengalaman
langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dikuasainya.
Pelaksanaan pembelajaran Tematik
Terpadu berawal dari tema yang telah dipilih/dikembangkan oleh guru yang sesuai
dengan kebutuhan peserta didik. Jika dibandingkan dengan pembelajaran
konvensional pembelajaran tematik ini tampak lebih menekankan pada Tema sebagai
pemersatu berbagai mata pelajaran yang lebih diutamakan pada makna belajar, dan keterkaitan berbagai konsep mata pelajaran.
Keterlibatan peserta didik dalam belajar
lebih diprioritaskan dan pembelajaran yang bertujuan mengaktifkan peserta
didik, memberikan pengalaman langsung
serta tidak tampak adanya pemisahan antar mata pelajaran satu dengan lainnya.
C.
Fungsi dan Tujuan
Pembelajaran tematik terpadu berfungsi untuk
memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam memahami dan mendalami konsep
materi yang tergabung dalam tema serta dapat menambah semangat belajar, karena
materi yang dipelajari merupakan materi yang nyata (kontekstual) dan bermakna
bagi peserta didik.
Tujuan pembelajaran
tematik terpadu adalah:
1.
mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik
tertentu
2.
Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai
kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama
3.
Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih
mendalam dan berkesan
4.
Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan
mengkaitkan berbagai mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta
didik
5.
Lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi
dalam situasi nyata, seperti: bercerita, bertanya, menulis sekaligus
mempelajari pelajaran yang lain.
6.
Lebih merasakan
manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam konteks tema yang
jelas
7.
Guru dapat menghemat
waktu, karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan
sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan lebih dan atau
pengayaan.
8.
Budi pekerti dan moral peserta didik dapat ditumbuh
kembangkan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi
dan kondisi.
D.
Ciri-ciri Pembelajaran Tematik Terpadu
1. Berpusat pada
anak
1.
Memberikan pengalaman langsung pada anak
2.
Pemisahan antara mata pelajaran tidak begitu jelas
(menyatu dalam satu pemahaman dalam kegiatan)
3.
Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam satu
proses pembelajaran (saling terkait antara mata pelajaran yang satu dengan
lainnya)
4.
Bersifat luwes (keterpaduan berbagai mata pelajaran)
5.
Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan
kebutuhan anak (melalui penilaian proses dan hasil belajarnya)
E.
Kekuatan Tema dalam Proses Pembelajaran
Anak pada usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret, mulai menunjukkan perilaku yang mulai memandang dunia secara objektif, bergeser
dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang
unsur-unsur secara serentak, mulai berpikir secara operasional,
mempergunakan cara berpikir operasional untuk
mengklasifikasikan benda-benda, membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah
sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat. Oleh karena
itu pembelajaran yang tepat adalah dengan mengaitkan konsep materi pelajarn
dalam satu kesatuan yang dipusat pada tema adalah yang paling sesuai. Dan kegiatan pembelajaran akan bermakna jika dilakukan dalam lingkungan yang
nyaman dan memberikan rasa aman, bersifat individual dan kontekstual, anak mengalami
langsung yang dipelajarinya, hal ini akan diperoleh
melalui pembelajaran tematik. Pembelajaran yang menggunakan tema untuk
mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
Dari penjelasan diatas maka pembelajaran tematik memiliki beberapa kekuatan dan
keuntungan antara lain:
1. Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan dengan
tingkat perkembangan dan kebutuhan anak
2. Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan anak
3. Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna
4. mengembangkan keterampilan berpikir anak sesuai dengan permasalah an yang
dihadapi
5. Menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerja sama
6. Memiliki sikap toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang
lain, dalam arti respek terhadap gagasan orang lain.
7.
Menyajikan kegiatan yang bersifat
pragmatis sesuai dengan permasalah an yang sering ditemui dalam lingkungan
anak.
F.
Peran Tema dalam Proses Pembelajaran
Tema berperan
sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran, dengan memadukan beberapa mata
pelajaran sekaligus. Adapun mata pelajaran yang dipadukan adalah mata pelajaran
Agama (Akhlak Mulia/Budi Pekerti/ tata krama), PPKn dan Kepribadian, Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (terdiri atas: Bahasa Indonesia, IPS, IPA, Matematika,), Estetika (Seni Budaya-Keterampilan) dan Pendidikan Jasmani,
Olah Raga dan Kesehatan.
Di dalam struktur
Kurikulum Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah disebutkan bahwa untuk peserta didik
kelas 1, sampai
dengan kelas 6 penyajian pembelajarannya menggunakan
pendekatan tematik. Penyajian pembelajaran dengan alokasi waktu komulatif 30 JP per
minggu.
Pembuatan tema
diharapkan memperhatikan kondisi peserta didik, lingkungan sekitar dan kompetensi
guru dengan prosentase penyajian disesuaikan dengan aloasi waktu yang tersedia. Guru
dalam penyajian diharapkan tidak terkonsentrasi pada salah satu mata pelajaran,
melainkan harus tetap memperhatikan prosentase penyajianya. Namun demikian penjadwalan dalam hal ini tidak terbagi secara kaku melainkan diatur secara
luwes.
Mata Pelajaran
Agama yang disajikan secara terpadu adalah yang sifatnya budi pekerti luhur,
akhlak mulia dan tata krama serta bagaimana bersopan santun dalam pergaulan di
dalam keluarga dan masyarakat, keterkaitan dengan pendidikan karakter
bangsa. Sedangkan untuk materi-materi yang sifatnya aqidah dan khusus keagamaannya
sisajikan oleh guru agama sendiri.
Demikian juga
untuk Pendidikan Jasmani dan kesehatan, yang sifatnya gerakan ringan yang dapat
disajikan di dalam kelas, bisa dilakukan oleh guru kelas. Sedangkan yang
sifatnya gerakan olah raga yang memerlukan fisik, gerakan bebas,
tetap dilakukan oleh guru olah raga dan dilaksanakan di luar kelas/ lapangan
olah raga.
Pembelajaran tematik
diawali dengan pembuatan tema selama satu tahun, kemudian dengan tema-tema yang
telah dibuat tersebut, guru menganalisis semua standar kompetensi lulusan yang
diturunkan ke dalam kompetensi inti dan selanjutnya mengalir ke kompetensi dasar dan membuat indikator dari masing-masing mata pelajaran
yang ada di setiap kelas. Setelah itu dibuat hubungan
antara KD dan indikator dengan tema yang telah disiapkan selama satu
tahun. Berikutnya dari pemetaan
hubungan tersebut dilanjutkan dengan membuat jaringan KD & indikator dari
setiap tema yang telah dibuat. Setelah jadi semua jaringan selama satu tahun
dilanjutkan dengan menyusun silabus tematik dan yang terakhir menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran
Tematik.
G.
Model Pembelajaran Tematik Terpadu
Model pembelajaran tematik integratif melalui beberapa tahapan yaitu pertama guru harus mengacu pada tema sebagai pemersatu
berbagai mata pelajaran untuk satu tahun. Kedua guru melakukan analisis standar kompetensi
lulusan, kompetensi inti, kompetensi dasar dan membuat
indikator dengan
tetap memperhatikan muatan materi dari Standar Isi, ketiga membuat hubungan antara kompetensi dasar, indikator dengan
tema, keempat membuat jaringan KD, indikator, kelima menyusun silabus tematik dan keenam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran tematik dengan mengkondisikan
pembelajaran yang menggunakan pendekatan scientific. Untuk lebih
jelasnya akan dibahas di bawah ini.
1. Kriteria
Pemilihan Tema
Beberapa tema
telah disiapkan menyertai dokumen Kurikulum 2013, namun demikian penulisan
daftar tema dimaksud bukanlah urutan penyajajian Guru diharapkan dapat dengan
cerdas dan tepat melakukan pemilihan tema mana yang akan dibelajarkan terlebih
dahulu, seyogyanya penetapan tema sesuai dengan kondisi daerah, sekolah,
peserta didik, dan guru di wilayahnya. Penentuan dan pemilihan tema yang akan dikembangkan di sekolah dasar dapat mempertimbangkan kriteria pembuatan
tema sebagai berikut :
a.
Tema tidak terlalu luas namun
dapat dengan mudah dipergunakan untuk memadukan banyak mata pelajaran
b.
Tema bermakna, artinya bahwa
tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi peserta didik untuk
belajar selanjutnya
c.
Harus
sesuai dengan tingkat perkembangan psikologis anak
d.
Tema yang
dikembangkan harus mampu mewadahi sebagian besar minat anak di sekolah
e.
Tema yang
dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi di
dalam rentang waktu belajar
f.
Mempertimbangkan dilanjutkan kan kurikulum yang berlaku dan
harapan masyarakat terhadap hasil belajar peserta didik
g.
Mempertimbangkan
ketersediaan sumber belajar
2. Tahapan
Berpikir Pembelajaran Tematik Adalah Struktur Kurikulum
Struktur Kurikulum 2013 merupakan acuan dalam
merancang pembelajaran yang akan menjdi
landasan penetapan prosentase penyajian pembelajaran. Di Kelas I sampai dengan
Kelas VI membelajarkan materi dengan tema sebagai pemersatunya, tidak parsial
per mata pelajaran. penetapan alokasi waktu dimaksudkan agar guru dapat
mempertimbangan batasan pembahasan, supaya tidak lagi fokus atau berlama-lama
pada salah satu mata pelajaran saja. Meskipun telah dituangkan alokasi waktu di
dalam struktur masing-masing mata pelajaran, namun tetap menjadi satu kesatuan
per minggu komulatif 30 JP untuk Kelas
I, berarti per hari 5 JP. Untuk Kelas II komulatif satu minggu 32 JP maka per hari ada yang 5 JP, ada
yang 6 JP. Kelas III komulatif satu
minggu 34 JP, maka per hari ada yang 5 JP, ada yang 6 JP. Sedangkan
Kelas IV sampai dengan Kelas VI komulatif satu minggu 36 JP, jadi rata-rata per
harinya 6 JP, bagi sekolah reguler.
Struktur Kurikulum sebagai di berikut:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar