Rabu, 23 Desember 2009

TIDAK ADA ANAK YANG BODOH

BY : Aep Nukasep

Apa komentar yang paling banyak setelah pembagian raport anak. Komentar terbanyak biasanya terjadi disaat nilai tiak memuaskan.

” Pah ... anak kita bodoh banget ya ”
” Mah ... anak kita kok nggak pinter-pinter ”
” Kenapa punya anak kok telmi banget”

Rasanya sedih bila ada orang tua yang menilai anak terlalu dini dengan penilaian negatif yang berlebihan. Tidak pernah ada anak yang dilahirkan dalam keadaan bodoh. Dan sebenarnya tidak ada anak yang bodoh.
Anak adalah anugrah. Sebelum kita memberikan penilaian negatif tentang anak kita. Bayangkan... banyak ibu-ibu di penjuru dunia sedang berdo’a siang dan malam agar memiliki anak. Tidak semua orang mendapat kepercayaan untuk mendapatkan anak. Ada yang cepat mendapatkan anak. Ada yang lama sekali. Yakinlah Allah tahu yang terbaik.
Selama ini kecerdasan anak selalu dilihat dari sisi kognitif (kemampuan anak menyelesaikan soal-soal yang ada disekolah yang behubungan dengan akademik). Ada yang kita lupa, banyak kecerdasan anak yang kadang tidak kita sadari. Lihatlah sisi terbaik yang anak punya, misalkan kemampuan berkomunikasi, kemampuan membaca, kemampuan bermain dengan teman sebaya, bisa makan sendiri, dapat tersenyum, baik terhadap orang lain. Semuanya juga termasuk kecerdasan. Kesempitan orang tua yang melihat anak pada sisi kognitif memiliki kecenderungan memposisikan anak sebagai makhluk yang bodoh, ketika anak tidak sanggup menyelesaikan soal-soal akademik.
Kecerdasan merupakan proses yang dapat berubah. Lima tahun yang lalu ketika saya mengajar di kelas 2, ada anak yang sangat pandai. Kepandaiannya bisa mengalahkan teman-temannya. Beberapa tahun kemudian, anak tersebut justru memiliki prestasi akademik yang terpuruk, sebenarnya pintar, tapi temannya jauh lebih baik, bila diukur dengan standar rangking, dia masuk menjadi lima besar dari bawah. Apakah itu wajar? Wajar saja, karena anak belajar tergantung pada lingkungan dan kadar kemampuan yang berbeda. Ada beberapa anak memiliki kesadaran dan kemampuan belajar meningkat disaat kelas 4. Beberapa anak di kelas 6 dan ada juga dikelas 3. Semua anak tidak sama.
Lihatlah nilai dikelas 1, hampir semua bagus, mengapa, karena materi kelas satu relatif mudah bagi anak. Karena materi kelas 1 hanyalah pengembangan dari materi di TK B. Kelas 2 akan berbeda, begitu juga kelas 3.
Untungnya anak jarang yang protes. Sejak awal seharusnya mereka bisa protes kepada orang tuanya.

”kalau tau aku begini, untuk apa dilahirkan”
”siapa suruh aku lahir..”
” Papa dan mama tidak ikhlasnya punya anak aku ya...”
”Aku juga pengen pinter, tapi nanti aja ....”
” Aku capek, setiap hari les dan belajar,kapan aku main.. ?”

Anggapan negatif dari orang tua akan memancarkan aura negatif kepada anak. Timbal baliknya, anak akan melakukan hal yang sama. Jangan pernah menganggap anak bodoh. Bisa jadi kita belum tahu apa kelebihan yang luar biasa yang dimiliki permata-permata kita.
Belajar itu harus. Mengajarkan pelajaran kepada anak juga harus. Tapi jangan terlalu dipaksakan. Beberapa anak menjadi mogok belajar, bukan karena mereka tidak bisa, tetapi mereka sengaja memperlihatkan ketidakmampuan agar ada perhatian dari orang tua. Kesalahan terbesar orang tua, tidak memberikan pujian disaat ada kemajuan, tetapi menegur dan memarahi ketika tidak ada kemajuan.

Tidak ada komentar: