Selasa, 16 Desember 2008

PENDIDIKAN BERBASIS AKHLAQ



Oleh : Aep Saepuloh Nawawawi, S.Ag*

email : saenawa@yahoo.com

Banyak kategori yang mendukung penyebutan sekolah unggul. Ir.Susilohadi, wakil direktur Perguruan Al-Zahra Indnesia membagi dua kategori, mengapa sekolah dikatakan memilki keunggulan.

Keunggulan sekolah, kata Ir. Susilohadi, Pertama, Sarana yang mendukung proses kegiatan belajar mengajar. Kedua, ouput. Kedua kategori tersebut cukup baik dan menunjang, tetapi ada satu item yang terlupakan yaitu akhlaq. Mengapa akhlaq, itulah yang akan dipaparkan dalam tulisan sederhana ini, sekaligus mengulas konsep dari Ir. Susilohadi.

Sarana menunjang, yang dimaksud sarana di sini yaitu sarana fisik yang terlihat secara jelas mendukung proses kegiatan belajar siswa dan mengajar guru.

Pengaaan sarana yang memenuhi standar pendidikan menjadi tolak ukur orang tua siswa untuk memasukan anak-anaknya ke sekolah. Suatu ketika saya sempat berbicara kepada orang tua siswa, mengapa memilih sekolah A. Dengan tegas dia mengatakan bahwa di sekolah A saranannya sangat menunjang pendidikan anaknya dan semua pengajar dapat memanfaatan sarana itu dengan baik.

Apakah Sarana bisa menjadi pendukung keunggulan? Tidak juga, karena banyak sekolah dengan segala kesederhanaannya, tetapi mampu mencetak siwa yang memilki kemampuan di atas rata-rata. Beberapa sekolah di pedesaan justru lebih mampu mencetak anak yang kreatif. Bersama gurunya mereka menciptakan sarana pembelajaran dan media pembelajaran dari alam dan benda-benda yang ada disekitanya.

Sarana menjadi berguna bila sarana bisa dimanfaatkan secara maksimal bersama guru dan siswa. Apa artinya sarana yang begitu baik bila guru yang tidak mampu memanfaatkan dengan baik. Sangat memprihatinkan bila disaat ini masih ada sekolah yang serba kekurangan sarana. Pemerintah dan pengelola mau tidak mau harus bersama-sama memikirkan bagaimana menciptakan sarana pembelajaran yang sangat membantu siswa dan tentunya secara finansial tidak memberatkan lembaga pendidikan.

Kedua, output pendidikan. Apa dan bagaimana hasil yang diperlihatkan siswa selama dan sesudah menyelesaikan pendidikan. Apakah siswa memilki prestai yang baik atau tidak? Apakah lulusannya memilki preatasi yang memuaskan atau tidak?

Contohnya di sekolah B di Jakarta, tampak beberapa orang mengantri mengisi formulir pendaftartan. Ada apa, sekolahnya sederhana, bayarannya cukup mahal, fasilitas biasa saja. Seorang Sekolah B ternyata memilki keunggulan output. Hampir semua siswa lulusan sekolah B memiliki nilai yang luar biasa dan dapat diterima disekolah negeri favorit.

Menciptakan output yang baik bukan pekerjaan mudah. Sekolah harus memiliki proses pembelajaran yang maju. Sekolah seperti ini biasanya sekolah yang inovatif dan cepat tanggap dalam melihat perkembangan jaman. Beberapa diantara yang dapat menciptakan output yang berprestasi yaitu:

1. Manajemen pendidikan yang memuaskan semua pihak. Manejemen transparan dan menjadikan pendidikan sebagai dunia yang harus dikembangakan. Tidak sedikit Manajemen sekolah yang dikelola dengan “asal jadi”, atau membuat aturan manajemen “seenaknya”, tidak bedasar pada manajemen pendidikan yang jelas-jelas tidak sama dengan manajemen perusahaan. Apalagi manajemen rumah tangga.

2. Loyalitas dan daya dukung yang kuat dari semua civitas pendidikan yang ada di lingkungan pendidikan. Guru senang mengajar, murid senang disekolah dan pengelola mengerti betul seluk-beluk pendidikan. Ibarat seorang manejer sepakbola yang pernah menjadi pemain, pernah menjadi kipper, pernah menjadi penyerang, sehingga tahu betul apa dan bagaimana yang harus dilakukan.

3. Mengikuti kurikulum yang berlaku. Ini menjadi harga mati. Pendidikan boleh saja memiliki kurikulum yang khas, tetapi tetap harus berpijak pada kurikulum yang disepakati. Kata orang bijak, lebih baik mengikuti yang sudah pasti daripada menciptakan sesuatu yang baru yang tidak jelas ukurannya. Lebih hebat lagi kita bisa mengembangkan kurikulum dengan hasil yang lebih baik.

Ketiga yang menjadikan sekolah unggul adalah akhlaq yang mulia. Bayangkan bila sekolah tempat kita mengajar sangat terkena karena akhlaqnya yang mulai. Anak-anak selalu sopan kepada siapapun, tidak sombong, senang tersenyum, suka membantu orang lain yang kesusahan, hormat pada guru. Akhlaq jangan dipahami sebagai paparan teoritis, karena tidak ada hasilnya. Prilaku baik harus menjadi kebiasaan, bukan dipaksakan. Apa yang terjadi bila anak kita paksa untuk tersenyum. Senyumnya akan menjadi penderitaan.

Pembiasaan yang baik harus dimulai dari semua pihak. Bukan anak yang harus berakhlaq, guru juga harus berakhlaq. Bukan hanya guru, pengelola juga harus berakhlaq, bukan hanya pengelola, guru dan anak, Orang tua yang menyekolahkan anaknya harus memiliki keinginan yang sama. Karena dengan adanya sinergi yang sama, frekwensi yang sama, akan tercipta keseimbangan.

Kalau saja ada komitmen bersama untuk membuat perubahan menjadi lebih baik. Yakinlah akhlaq akan menjadi salah satu prinsip keunggulan sekolah. Wallahu alam

*Guru kelas 3 SD al-Zahra Indonesia Vila Dago Pamulang

Tidak ada komentar: