Sesaat aku merenung tak mengerti. Apa maksud dari sumua peristiwa ini. Mengapa teman-teman bisa terpengaruh oleh propokasi yang kekanak-kanakan. Musibah, begitu temannku bilang. Nasi sudah menjadi bubur.
Kejadian dari undangan seorang teman untuk sama-sama memberikan masukan terbaik bagi pendidikan. Emosial education akan selalu muncul manakala terusik dengan adanya ketidak cocokan antara teori dan praktek. Atau ada praktek yang tidak sejalan menurut pemahaman kita.
Menjadi pendidik memang bukan pekerjaan mudah. Sorotan akan cepat tertuju ketika ada kekelirauan yang dianggak tidak pantas oleh praktisi pendidikan, sekalipun hal tersebut sangat biasa dan wajar dalam komunitas lain. Entah jebakan atau kesialan, yang jelas teman-teman saat ini sedang menunggu, kira-kira apa hasil yang akan dicapai.
Menjadi kritis itu baik, tetapi bagi orang yang sensitif masukan saja akan dianggap kritik, apa lagi mengkritik bisa dianggap sebagai ketidak setujuan. Menjadi manusia baik, seharusnya mencari tahu dari sebuah aksi. Aksi apapun jangan terlalu cepat direspon dengan perlawanan. Banyak orang yang memiliki keinginan untuk maju dan sayang dengan institusi, justru banyak memberikan kritik membangun. Kesalahpahaman sering muncul karena kurangnya memahami psikologi masa dan tidak pernah belajar mendalami pribadi orang lain. Di Indonesia memang begini, saking terlalu banyaknya suku bangsa, karakter manusianya pun berbeda.
Teman-teman terbaikku, bila yang kalian jalani itu benar,yakinlah pasti ada jalan keluar yang terbaik. Kalaupun ada peristiwa terpahit sekalipun, pasti akan ada yang lebih baik, hanya masalah waktu.